Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Ridho Nyalah, saya bisa menyusun dan menyelesaikan tugas Biologi tentang pembuatan sosis dengan permentasi ini dengan
semaksimal mungkin, dan untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.
Makalah ini Saya selesaika
dengan cara mencari – cari data dari internet. Saya berharap semoga dengan
selesainya makalah ini, dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya, karena
saya menyadari wawasan yang saya miliki masih sangat minim.
Saya juga ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Anita Ssi yang telah membimbing saya
belajar, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini, walaupun makalah yang
saya selesaikan ini masih jauh darisempurna. Saya juga ingin meminta maaf
kepada Ibu Anita Ssi, karena masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah
ini.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................................
Bab II Isi
BAB I
Pendahuluan
Sosis atau sausage berasal dari bahasa
Latin yaitu salsus yang berarti menggiling dengan garam. Sesuai dengan
namanya, sosis merupakan produk olahan daging yang digiling. Pada zaman dahulu,
sosis dibuat dengan cara sederhana yaitu daging digiling, dihaluskan, dicampur
bumbu kemudian diaduk dengan lemak hingga tercampur rata dan dimasukkan ke dalam
selongsong. Selongsong yang dipakai pun masih alami yaitu usus hewan seperti
usus sapi atau kambing.
Berdasarkan proses pengolahannya, sosis secara
umum dibagi menjadi 5 yaitu:
- Sosis segar, yaitu jenis sosis yang dibuat dari daging segar yang tidak dimasak dan tidak dikyuring, contoh polish sausage
- Sosis yang diasap dan dimasak, yaitu sosis yang mempunyai karakteristik sama dengan sosis segar, namun sosis ini diselesaikan dengan pengasapan untuk memberikan flavor dan warna yang berbeda, serta harus dimasak dahulu sebelum dikonsumsi, contoh frankfuter, bologna, knackwurst
- Sosis masak, yaitu sosis yang dipersiapkan dari satu atau lebih macam-macam daging unggas, contoh beer salami, liver sausage
- Sosis fermentasi, yaitu sosis yang diproduksi melalui proses fermentasi dengan persiapan paling rumit diantara semua jenis sosis, contoh summer sausage, cervelat, dry salami, pepperoni
- Sosis daging spesial, yaitu sosis yang dibuat dari daging cacah yang biasanya dimasak atau cenderung dibakar daripada diasap, contoh meat loaves.
Bab II Isi
PEMBUATAN
SOSIS “METODE FERMENTASI”
Sosis atau sausage berasal dari bahasa
Latin yaitu salsus yang berarti menggiling dengan garam. Sesuai dengan
namanya, sosis merupakan produk olahan daging yang digiling. Pada zaman dahulu,
sosis dibuat dengan cara sederhana yaitu daging digiling, dihaluskan, dicampur
bumbu kemudian diaduk dengan lemak hingga tercampur rata dan dimasukkan ke
dalam selongsong. Selongsong yang dipakai pun masih alami yaitu usus hewan
seperti usus sapi atau kambing.
Berdasarkan proses pengolahannya, sosis secara
umum dibagi menjadi 5 yaitu:
- Sosis segar, yaitu jenis sosis yang dibuat dari daging segar yang tidak dimasak dan tidak dikyuring, contoh polish sausage
- Sosis yang diasap dan dimasak, yaitu sosis yang mempunyai karakteristik sama dengan sosis segar, namun sosis ini diselesaikan dengan pengasapan untuk memberikan flavor dan warna yang berbeda, serta harus dimasak dahulu sebelum dikonsumsi, contoh frankfuter, bologna, knackwurst
- Sosis masak, yaitu sosis yang dipersiapkan dari satu atau lebih macam-macam daging unggas, contoh beer salami, liver sausage
- Sosis fermentasi, yaitu sosis yang diproduksi melalui proses fermentasi dengan persiapan paling rumit diantara semua jenis sosis, contoh summer sausage, cervelat, dry salami, pepperoni
- Sosis daging spesial, yaitu sosis yang dibuat dari daging cacah yang biasanya dimasak atau cenderung dibakar daripada diasap, contoh meat loaves.
Selain kelima macam sosis di atas, sosis juga
dapat dibedakan menjadi menjadi 3, yaitu:
- Sosis mentah (rohwurst), dibuat dari daging sapi mentah yang digiling (tanpa proses pemasakan), kemudian ditambahkan kultur bakteri lactobacillus sehingga terjadi proses fermentasi
- Sosis matang (brunchwurst), dibuat dari daging mentah digiling, diolah, lalu dimasak. Sosis jenis Brunchwurst merupakan jenis sosis yang paling banyak beredar di Indonesia
- Sosis masak (kochwurst), biasanya dibuat dari daging tetelan atau hati yang direbus, diolah, dan dimasak lagi.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI
01-3820-1995), sosis yang baik harus mengandung protein minimal 13%, lemak
maksimal 25% dan karbohidrat maksimal 8%. Jika standar ini terpenuhi, maka
dapat dikatakan bahwa sosis merupakan makanan sumber protein. Hanya saja,
karena kadar lemak dan kolesterol sosis yang cukup tinggi, sosis sebaiknya
tidak dijadikan menu rutin bagi anak-anak guna mencegah masalah obesitas dan
penyakit-penyakit yang mengikutinya dikemudian hari.
Sosis fermentasi merupakan produk sosis yang
berasal dari hasil kerja bakteri pembentuk asam laktat, baik yang terdapat
dalam daging secara alami, maupun bakteri starter yang ditambahkan. Sosis
fermentasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sosis kering (dry sausage)
dan sosis semi kering (semi dry sausage). Kultur starter yang digunakan
pada pembuatan sosis semi kering adalah Pediococcus acidilactici,
sedangkan pada sosis kering adalah Lactobacillus atau Pediococcus
atau campuran Micrococcus dan Lactobacillus.
Salami merupakan salah satu contoh sosis
fermentasi (dry sausage) yang mempunyai karakteristik khusus dengan
melibatkan bakteri asam laktat, dengan waktu fermentasi selama 3 bulan,
biasanya dikemas dengan diameter yang agak besar dan bentuk adonannya kasar,
serta mempunyai flavor tertentu. Salami adalah sosis tradisional ala Italia.
Salami biasanya terbuat dari daging cincang, lemak hewan, ternak dan rempah,
serta bahan-bahan lain yang ditambahkan bakteri asam laktat dan melalui proses
pengasapan. Jenis salami
yang terdapat di pasar antara lain, Lola, B. C. Salami, milano, dan lain-lain.
yang terdapat di pasar antara lain, Lola, B. C. Salami, milano, dan lain-lain.
Proses Pembuatan Sosis Fermentasi
Bahan utama yang digunakan pada pembuatan sosis
fermentasi yaitu daging. Selain itu, terdapat bahan-bahan khusus yang
ditambahkan antara lain garam, nitrit, gula, rempah-rempah (merica, bawang
putih, lada), dan starter. Pada pembuatan sosis fermentasi digunakan casing
atau selongsong yang berfungsi sebagai cetakan.
1.
Daging
Daging merupakan sumber protein berkualitas
tinggi, mengandung vitamin B dan mineral, khususnya besi. Secara umum dapat
dikatakan bahwa daging terdiri dari air dan bahan- bahan padat. Bahan padat
daging terdiri dari bahan – bahan yang mengandung nitrogen, mineral, garam dan
abu. Kurang lebih 20% dari semua bahan padat dalam daging adalah protein.
Bagian potongan daging yang dapat digunakan sebagai bahan baku sosis adalah
potongan daging seperti beef short ribs, chuck, dan round pork shoulder.
Karakteristik daging yang digunakan adalah yang memiliki daya mengikat air.
1.
Garam
Garam yang digunakan dalam pembuatan produk
sosis adalah jenis garam dapur (NaCl), garam tidak hanya berfungsi sebagai
pembentuk flavor, namun juga berpengaruh dalam pembentukan karakteristik fisik
dan adonan. Garam mempunyai peran yang cukup menentukan yaitu memberikan
kelezatan produk, mempertahankan flavor dari bahan-bahan yang digunakan, serta
berfungsi sebagai pengikat adonan sehingga mengurangi kelengketan. Selain itu,
garam juga dapat membantu mencegah berkembangnya mikroba yang ada dalam adonan.
Komposisi garam dalam sosis berkisar 1-3%.
1.
Nitrit
Nitrat merupakan sumber nitrit. Nitrat akan
diubah menjadi nitrit kemudian diubah menjadi NO melalui reduksi. Reduksi
terjaid karena adanya aktivitas mikrobia. Fungsi dari nitrit adalah
menstabilkan warna dari jaringan untuk mengkontribusi karakter dari daging
curing untuk menghambat pertumbuhan dari racun makanan dan mikroorganisme
pembusuk, menghambat ketengikan, memberi flavor spesifik, efektif mencengah
pertumbuhan Clostridium botulinum. Jumlah nitrat/nitrit maksimal 200 ppm pada
produk akhir.
1.
Gula
Penambahan gula terutama sukrosa dan glukosa
selain sebagai substrat fermentasi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat, juga
berperan dalam pembentukan cita rasa dan tekstur sosis fermentasi. Gula sebagai
bahan pengawet berfungsi sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat
yang akan memulai proses fermentasi. Gula yang ditambahkan akan difermentasi
menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat dan menghasilkan flavor yang
tajam. Gula yang ditambahkan secara tepat dapat mengaktifkan proses fermentasi
dan mempercepat penurunan pH.
1.
Rempah-Rempah
Biji merica digunakan sebagai bumbu pemberi
rasa dan aroma, karena rempah-rempah dapat menyamarkan makanan dengan penutup
rasa makanan yang kurang enak. Selain itu juga berfungsi sebagai pengawet.
Bawang putih merupakan bumbu yang sangat khas dalam pembuatan sosis fermentasi.
Bawang putih mengandung antioksidan yang kuat dan dapat memperpanjang daya
tahan sosis. Bawang putih dapat dipakai sebagai pengawet karena bersifat
bakteriostatik. Lada biasanya digunakan pada semua tipe sosis fermentasi
sebanyak 0,2-0,3% dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan Listeria
monocytogenes.
1.
Kultur Starter
Mikroorganisme yang digunakan sebagai kultur
starter pada umumnya dibagi menjadi dua grup, yaitu kelompok bakteri asam
laktat, peran utamanya adalah bertanggung jawab terhadap proses asidifikasi dan
kelompok mikroorganisme pembentuk flavor sering mampu mereduksi nitrat.
Kelompok pertama terdiri atas Lactobacillus dan Pediococcus, yang
kedua adalah kelompok Microccaceae, kapang.
Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai
kultur starter harus dapat memenuhi kriteria yaitu: 1) mampu bersaing dengan
mikroorganisme lain, 2) memproduksi asam laktat secara cepat, 3) mampu tumbuh
pada konsentrasi garam kurang dari 6%, 4) mampu bereaksi dengan dengan
konsentrasi kurang dari 100 mg/kg, 5) mampu tumbuh pada suhu antara 15-40˚C, 6)
termasuk bakteri homofermentatif, 7) tidak menghasilkan peroksida dalam jumlah
besar, 8) dapat mereduksi nitrit dan nitrat, 9) dapat meningkatkan flavour
produk akhir, 10) tidak memproduksi senyawa asam amino, 11) dapat membunuh
bakteri pembusuk dan patogen, dan 12) bersifat sinergis dengan senyawa starter
lain.
Starter bakteri asam laktat yang banyak
digunakan biasanya dari golongan Lactobacillus. Penggunaan kultur
starter dalam pembuatan sosis fermentasi dilakukan untuk meningkatkan mutu
produk produk dengan meningkatakan keamanan produk, memperpanjang umur simpan,
dan menghasilkan produk yang konsisten.
Lactobacillus plantarum
merupakan bakteri berbentuk batang, umumnya berukuran 0,7-1,0 sampai
3,0-8,0 mikron, tunggal atau dalam rantai-rantai pendek, dengan ujung yang
melingkar. Organisme ini cenderung berbentuk batang pendek dalam kondisi
pertumbuhan yang sesuai dan akan cenderung lebih panjang di bawah kondisi yang
tidak menguntungkan. Bakteri ini termasuk homofermentatif dengan suhu minimum
10°C, maksimum 40°C dan
optimum 30°C. Lactobacillus plantarum
mampu memproduksi H2O2 dalam jumlah yang tinggi dan
berfungsi sebagai antibakteri yang dapat menyebabkan adanya daya hambat
terhadap pertumbuhan mikroorganisme lain.
1.
Selongsong
Selongsong adalah bahan pengemas sosis yang
umumnya berbentuk silindris. Selongsong sosis dapat berfungsi sebagai cetakan
selama pengolahan, pembungkus selama penanganan dan pengangkutan serta sebagai
media display selama diperdagangkan. Penggunaan casing dalam pembuatan
sosis bertujuan untuk membentuk dan menjaga stabilitas sosis serta melindungi
dari kerusakan kimia seperti oksidasi, mikroba, atau kerusakan fisik seperti
ketengikan.
Terdapat 5 jenis casing yang sering
digunakan dalam pembuatan sosis yaitu alami, kolagen, selulosa, plastic, serta
logam. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan, casing ini
mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi dan melekat pada produk,
sedangkan kerugian dari casing ini adalah produk ini tidak awet. Casing
kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar, keuntungan dari
jenis casing ini dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing
selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan dari casing selulosa
adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Kekurangan dari casing ini
adalah sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan.
Proses pembuatan sosis fermentasi meliputi
tahapan persiapan, chilling/ freezing, pemberian bumbu dan
pencampuran, filling/ pengisian, fermentasi, pengasapan aging/
drying, dan penyimpanan.
1.
Persiapan
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan daging yang
baik kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Daging tersebut
kemudian dicincang menjadi daging yang lebih halus. Dalam tahap ini harus
dilakukan proses penanganan yang tepat agar daging tidak mengalami kontaminasi
silang.
1.
Chilling/ Freezing
Pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan dapat
dicegah dengan cara penurunan suhu. Terdapat dua macam pengawetan dengan suhu
rendah, yaitu pendinginan cara chilling dan deep-feezing (pembekuan
pada suhu sangat rendah).
Pada pendinginan cara chilling, pangan
ditempatkan pada suhu diatas titik beku air (diatas 0°C). Suhu di dalam alat
pendingin rumah tangga adalah dalam kisaran 0-5°C. Pertumbuhan hampir semua
mikroorganisme diperlambat dan beberapa diantaranya dapat mengalami kematian.
Namun beberapa mikroorganisme tetap tumbuh lambat pada suhu tersebut dan spora
bakteri tetap bertahan hidup.
Pada deep-freezing, pangan disimpan pada
suhu -18°C atau lebih rendah lagi. Freezing tidak dapat mensterilkan
makanan atau membunuh mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan atau
produk rusak, melainkan hanya mampu menginaktifkan kerja dari enzim bakteri
pembusuk, sehingga dapat memperlambat kerja dari mikroba pembusuk tersebut.
1.
Pemberian Bumbu dan Pencampuran
Bumbu-bumbu yang digunakan dalam pembuatan
sosis adalah lada, pala ,bawang putih, gula dan garam. Jumlah dan variasi bumbu
yang digunakan tergantung selera, daerah dan aroma yang dikehendaki. Setelah
daging dicincang halus, bumbu-bumbu ditambahkan pada adonan daging cincang
kemudian dicampur hingga merata. Sluri dibuat dari bumbu-bumbu dan garam
menggunakan dua gelas air lalu dicampur merata. Penambahan air bertujuan untuk
memecah curing agents, memfasilitasi proses pencampuran dan memberikan
karakteristik tekstur dan rasa pada produk sosis.
1.
Filling/ Pengisian
Stuffing merupakan tahap pengisian adonan sosis ke
dalam selongsong. Pengisisan adonan sosis ke dalam selongsong tergantung tipe
sosis, ukuran kemudahan proses, penyimpanan serta permintaan konsumen.
Pemasukan adonan sosis ke dalam casing menggunakan alat khusus (disebut stuffer)
yang bertujuan membentuk dan mempertahankan kestabilan sosis.
1.
Fermentasi
Tahapan ini merupakan tahap peningkatan suhu
sosis yang memungkinkan bakteri alami tumbuh dan bereaksi dengan daging.
Fermentasi merupakan tahapan penting pada proses pembuatan sosis dan suhu yang
tepat juga memainkan peran yang penting. Semakin tinggi suhu, maka semakin
tinggi kecepatan pertumbuhan bakteri. Suhu pertumbuhan yang terbaik adalah suhu
tubuh kita (36,6°C).
- Pengasapan
Pengasapan dilakukan pada suhu 70°C selama 30
menit, asap diusahakan menempel dan masuk ke dalam casing sehingga sosis
berflavor asap. Pengasapan adalah suau cara pengawetan bahan makanan terutama
pada daging dan ikan. Pengasapan dapat memberikan cita rasa khas, mengawetkan,
dan memberikan warna yang khas.
1.
Aging/ Drying
Pengeringan merupakan suatu metode untuk
mengurangi/ mengeluarkan sebagian air dari sosis dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air sosis
dikurangi sampai batas agar mikroba tidak dapat tumbuh didalamnya. Kadar air
berpengaruh terhadap tekstur sosis. Pengeringan dapat menurunkan kandungan air
dan menyebabkan pemekatan dari bahan-bahan yang ditinggal seperti karbohidrat,
lemak, protein sehingga bahan pangan memiliki kualitas simpan yang lebih baik.
2.
Penyimpanan
Faktor yang mempengaruhi stabilitas penyimpanan
dalam pangan meliputi jenis dan bahan baku yang digunakan, metode dan
keefektifan pengolahan, jenis dan keadaan kemasan, perlakuan mekanis yang cukup
berat dalam produk yang dikemas dala penyimpanan, dan distribusi dan juga
pengaruh yang ditimbulkan oleh suhu dan kelembaban penyimpanan.
Mekanisme Reaksi Selama Proses Pembuatan Sosis
Fermentasi
Dalam sosis fermentasi terdapat kandungan
makromolekul seperti karbohidrat, protein, lemak dan fosfolipid. Karbohidrat
akan mengalami metabolisme oleh mikroba sehingga dipecah menjadi asam-asam
organik. Enzim yang terdapat pada daging akan memecah protein menjadi molekul
yang lebih kecil, yaitu peptida dan asam amino pada reaksi proteolisis.
Sedangkan enzim lain yang juga terdapat pada daging akan memecah lemak dan
fosfolipid menjadi asam lemak bebas pada reaksi hipolisis.
Asam-asam organik hasil pemecahan karbohidrat
akan mempengaruhi rasa (taste) dari sosis. Asam lemak bebas yang berasal
dari reaksi hipolisis (pemecahan lemak dan fosfolipid) akan mempengaruhi aroma (flavor)
sosis. Sedangkan peptida dan asam amino hasil pemecahan protein akan
mempengaruhi rasa dan aroma sosis.
Pengendalian Proses Pembuatan Sosis Fermentasi
Tahapan Proses
|
Sosis Semi Kering
|
Sosis Kering
|
Persiapan
|
Suhu daging <7°C; pH <5.8; tidak
ada kontaminasi silang
|
|
Chilling/Freezing
|
Suhu daging <2°C
|
|
Pemberian Bumbu dan Pencampuran
|
100-125 mg NaNO2/kg; Pediococcus
acidilactici; Gula 0,5-0,8%; Aw 0,95
|
50-70 mg NaNO2/kg; Lactobacillus
atau Pediococcus atau campuran Micrococcus dan Lactobacillus;
Gula 0,3-0,5%; Aw 0,95
|
Fermentasi
|
20-25°C; 2-3 hari; pH<5.3
|
18-22°C; 3 hari; pH <5.3
|
Aging/Drying
|
<15°C; RH 70-80%; Aw 0.93
|
10-15°C; RH 70-80%; Aw <0.90
|
Penyimpanan
|
<15°C
|
<25°C
|
Karakteristik Sosis Fermentasi
Sosis fermentasi yang telah jadi akan memiliki
karakteristik pH yang asam, yaitu 4,8-5,3. Pada sosis kering (dry sausage) akan
terjadi penurunan berat sebesar 60-70% dari berat awal setelah dilakukan proses
fermentasi, sehingga kadar air akhir dari sosis kering yaitu 25-45% dengan
ratio perbandingan antara air dan protein sebesar 2,3 : 1. Sedangkan pada sosis
semi kering (semi dry sausage), kadar air pada akhir prosesnya yaitu
55-60% dengan ratio perbandingan antara air dan protein sebesar 3,7 : 1.
Pertumbuhan kapang, khamir atau bakteri pada
permukaan sosis dapat menyebabkan kondisi permukaan berjamur atau berlendir.
Hal ini dapat terjadi ketika sosis diperlakukan buruk dan dikeringkan.
Kelembaban menjadi meningkat sehingga suhu penyimpanan berubah, terutama dari
suhu rendah ke suhu yang lebih tinggi. Permukaan yang berlendir dan berjamur
ini adalah akumulasi besar sel mikroba yang dapat menyebabkan perubahan karakteristik
pada produk akhir.
Manfaat Sosis Fermentasi
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
pengkonsumsian sosis fermentasi, yaitu:
- Mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari nilai gizi bahan asalnya (mikroorganisme bersifat katabolik, memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna dan mensintesis vitamin kompleks dan faktor-faktor pertumbuhan badan lainnya, sebagai contoh vitamin B12, riboflavin, provitamin A)
- Meningkatkan kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah bakteri baik dalam saluran pencernaan sehingga dapat menghindarkan dari berbagai macam penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan
Memiliki daya cerna yang tinggi sehingga mudah
diserap dan dicerna oleh tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. Sosis. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pang-
an/ipb/Sosis.pdf. Diakses tanggal 6 Mei 2011.
Anonymous. 2011. Pengolahan Pangan dengan
Fermentasi. http://www.smallcrab.
com/makanan-dan-gizi/878-pengolahan-pangan-dengan-fermentasi. Diakses tanggal 5
Mei 2011.
Domowe, Wedliny. 2011. Traditional Fermented
Sausages. http://www.wedliny-
domowe.com/sausage-types/fermented-sausage/traditional. Diakses tanggal 28 Mei
2011.
Nursiam, I. 2011. Sosis Fermentasi: Salami.
http://intannursiam.wordpress.com/2011/
01/10/sosis-fermentasi-salami/. Diakses tanggal 5 Mei 2011.
Nursirwan, H. 2009. Kualitas Fisik, Kimia
dan Organoleptik Salami Kandidat Probiotik Selama Penyimpanan Dingin. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123
456789/36509/D09hnu1.pdf?sequence=1. Diakses tanggal 6 Mei 2011.
Pederson, C. S. 1971. Microbiology of Food
Fermentations. The AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Syamsir, E. 2009. Mengenal Sosis. http://ilmupangan.blogspot.com/2009/05/menge-
nal-sosis.html. Diakses tanggal 6 Mei 2011.
Umilatifah. 2011. Pengolahan Sosis. http://umilatifah29.wordpress.com/2011/05/13/
pengolahan-sosis/. Diakses tanggal 28 Mei 2011.
Widiantoko, R. 2010. Proses Pembuatan Sosis.
http://lordbroken.wordpress.com/
2010/08/27/proses-pembuatan-sosis/. Diakses tanggal 5 Mei 2011.
Agen Judi Online
ReplyDeleteAgen Bola
Agen Casino
Agen Bola Online
Agen Judi Bola
Agen casino Online
IBCBET
Agen SBOBET
Prediksi Bola
Agen Asia Poker77
Agen Judi Casino Online
http://167.114.204.149/artikel/262/prediksi_botafogo_pb_vs_remo_20_juni_2017
http://167.114.204.149/artikel/263/prediksi_vita_club_vs_kedus_giorgis_20_juni_2017
http://167.114.137.235/~banteng88net/artikel/75/prediksi_jonava_vs_zalgiris_20_juni_2017